PRABUMULIH, Ls - Gelombang panas yang menyerang Propinsi Sumsel dan Kota Prabumulih pada Khususnya memicu krisis air bersih. Ratusan warga kini berteriak minta tolong air bersih. Kantor PDAM pun menjadi sasaran untuk mendapatkan air bersih akibat sumur milik warga mengalami kekeringan menyusul tiga bulan terakhir Kota Nanas tidak turun hujan.
Mantok (40), warga Kelurahan Karang Raja mengeluhkan krisis air menyusul dua bulan terkahir terakhir tidak turun hujan. Mantok kesulitan mencukupi kebutuhan air dan terpaksa ikut mengantri bersama warga lainnya di sumber air sumur milik Kantor Kelurahan Karang Raja. Menurut Mantok untuk saat ini sumber air di Kantor Kelurahan mulai menipis.
"Untuk masak, nyuci dan lainya kami mengambilnya dari Kantor Kelurahan. Kami angkut menggunakan jerigen pada malam hari, karena malam hari airnya baru bisa diambil" ujarnya.
Krisis air ini diperkirakan akan berlangsung hingga Bulan Agustus mendatang, sehingga Anggota DPRD Kota Prabumulih mendesak agar Pemerintah Daerah segera mengambil langkah-langkah untuk mencukupi kebutuhan air bersih bagi warga.
Musim kemarau berkepanjangan juga menyebabkan udara di Bumi Seinggok sepemunyian ini tercemar oleh kabut asap pembakaran lahan yang entah darimana sumbernya. Beberapa warga di wilayah Sumatera selatan akibat parahnya kabut asap telah banyak mengungsi ke luar Kota untuk menghindari penyakit ispa. Tidak sedikit pula balita dan ibu hamil yang menjadi korban Kabut Asap hingga meninggal Dunia. Bahkan beberapa pihak sekolah terpaksa meliburkan para siswanya untuk menghindari para siswa dari penyakit insfeksi pernapasan akut (Ispa).
Ditengah krisis air dan udara segar, Kini Masyarakat Kota Prabumulih kembali dihadapkan dengan krisis energi Listrik. Rutinnya pemadaman listrik yang dilakukan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero terus dikeluhkan sejumlah masyarakat. Bahkan, kian hari pemadaman yang dilakukan semakin parah. Bisa 4-5 jam per harinya.
Seperti yang dialami Parman (40), warga Jalan Angkatan 45 Kelurahan Gunung Ibul Kecamatan Prabumulih Timur. Menurutnya, pemadaman listrik sudah dari batas kewajaran. "Kadang tanpa pemberitahuan tiba-tiba padam. Kalaupun ada pemberitahuan, waktu pemadaman tidak sesuai yang diumumkan," ujar Parman dibincangi kemarin (17/10).
Bahkan, akibat pemadaman ini, karyawan swasta tersebut harus mengungsi ke tempat yang listriknya sedang menyala lantaran harus mengerjakan beberapa aktifitas kantor yang harus dikerjakannya. "Ampun dah, belum air yang susah dicari mak ini ari, mano kabut asap pulok. Tambah mati lampu, makin lengkap penderitaan kite uhang prabu ini mang" tegas Parman.
Menanggapi hal itu, anggota DPRD kota Prabumulih, Adi Susanto SE meminta kepada manajemen PT PLN Prabumulih untuk segera memperbaiki pelayanan. Apalagi penyediaan listrik kepada masyarakat merupakan salah satu bentuk pelayanan publik. "Karena itu, setiap ada gangguan seminim mungkin, harus ada pemberitahuan terhadap pelanggan," jelasnya.
Minimal, sambung Adi, pihak perusahaan harus memberitahukannya kepada kepala lingkungan di wilayah yang dilakukan pemadaman. "Sehingga bisa diteruskan kepada masyarakat yang ada di sekitarnya. Masyarakat juga bisa bersiap-siap untuk mematikan semua alat elektronik yang dimilikinya agar tidak mengalami kerusakan," pungkasnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar