LightBlog

05/11/18

Proyek Pengalian Arus 10.3 Miliar di Payuputat Diduga Minim Pengawasan


PRABUMULIH, RT- Proyek Pengalih Arus (Krib,red) atau Peningkatan Perkuatan Tebing Sungai Lematang Kelurahan Payuputat Kota Prabumulih Tahap 1 senilai Rp 10,3 miliar yang bersumber dari dana APBN Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera VII Provinsi Sumsel itu, disinyalir minim pengawasan dalam pelaksanaannya oleh PT Lamsaruly Artha Kencana.

Wartawan yang sempat mendatangi lokasi proyek tidak berhasil menemui adanya pengawasan, bahkan terkesan tertutup dari publik.

Pasalnya, dilapangan tidak ada satupun pengawas yang ditempatkan dilokasi proyek baik dari Dinas PUPR Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera VII Provinsi Sumsel ataupun pihak konsultan sendiri.

Selain itu, diketahui bahwa papan proyek sengaja disembunyikan oleh pihak kontraktor dalam hal ini PT Lamsaruly Artha Kencana selaku pemenang tender. Agar masyarakat umum tidak mengetahui besaran dana pembangunan proyek pemecah arus tersebut.

Pelaksana Lapangan PT Lamsaruly Artha Kencana, Tulus Simanjuntak saat dikonfirmasi awak media menjelaskan, bahwa Proyek Pengalih Arus Sungai Lematang ini sumber dananya berasal dari APBN di Kementerian PUPR. Proyek pengalih arus setidaknya membutuhkan 4525 hexapod.

"Fungsi dari beton pemecah arus atau hexapods tersebut diperlukan untuk memperlambat laju arus sungai. Selain itu, beton pemecah arus juga diperlukan untuk mempertahankan dinding penahanan tanah supaya tidak abrasi akibat terjangann air sungai yang cukup deras," terangnya akhir pekan kemarin.

Masih kata Tulus, bahwa hexapods tersebut memang diletakan bertumpuk tidak beraturan dibeberapa titik bantaran Sungai Lematang. Hal ini bertujuan agar arus Sungai Lematang yang deras dapat di pecah sehingga tidak langsung menghantam dinding bantaran sungai.

"Dalam kontraknya kita membuat hexapods sebanyak 4525 buah dengan anggaran Rp 10,3 miliar. Hexapods dicetak sendiri dengan material adukan semen, pasir, koral dan besi. Hexapods merupakan beton bertulang K 225. Pekerjaan di mulai dari bulan Agustus dan progres pengerjaannya sudah diatas 80 persen," tegasnya.

Disinggung apakah pihak pengawas dari dinas terkait dan pihak konsultan kerap datang untuk melakukan pengawasan serta papan proyek tidak dipasang dilokasi pekerjaan. Tulus menegaskan kalau sejauh ini pihak dinas terkait dan konsultan kerap melakukan pengawasan dan pengecekan langsung dilapangan.

"Kebetulan saja orang PU dan konsultannya waktu kawan-kawan media datang sedang keluar ada pekerjaan di Palembang. Mereka selalu mengawasi pekerjaan kita kok. Nah kalau untuk papan proyek sebenarnya sudah dipasang, namun karena lokasinya mengganggu pekerjaan makanya kita copot. Yang pasti papan proyek ada namun memang kami simpan dan tidak dipasang lagi," tegasnya.

Sementara itu, menanggapi proyek 10,3 miliar yang berada di Kelurahan Payuputat, Lurah Kelurahan Payuputat Edi Susanto SE menerangkan, sejauh ini proyek tersebut tidak ada masalah. Bila perlu proyek pengalih arus itu dapat mengurangi banjir yang selama ini kerap terjadi.

"Semoga saja proyek tersebut dapat mengurangi banjir. Kita minta pihak pemborong untuk mempertahankan kualitas pekerjaannya. Dan janji pihak pemborong kepada masyarakat, jalan yang rusak akan diperbaiki dengan cara di cor beton. Kami berharap semua pihak ikut mengawasi proyek tersebut karena nilainya cukup besar Rp 10,3 miliar," tandasnya.(SS)

Adbox