MUBA, RT - Direktur Rumah sakit umum daerah Sekayu Dr Makson Parulian mengklarifikasi langsung soal informasi yang beredar bahwa warga yang meninggal di tengah wabah Covid-19 yang berinisial N tersebut bukan pasien yang berstatus Positif, melainkan masih berstatus Pasien Dalam Pemantauan (PDP).
Pernyataan ini, disampaikan dalam konferensi pers bersama keluarga besar almarhum, Jumat (15/5/202) di Ruang Aula RSUD Sekayu.
"Kami dari pihak Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu meminta maaf kepada keluarga besar almarhum atas tugas yang kami lakukan di tengah pandemi ini, karena pasien yang dimaksud masih berstatus Pasien Dalam Pengawasan(PDP). Kami pihak RSUD Sekayu tidak bermaksud ingin menjatuhkan nama baik almarhum, kami hanya menjalankan tugas ini sesuai dengan Protokol Kesehatan Covid-19, dan mencegah meluasnya penyebaran Covid-19 atau virus Corona, karena kita tidak tahu segala kemungkinan hal buruk bisa terjadi di tengah kondisi yang tidak normal ini," terangnya.
Makson juga berharap, dengan adanya kejadian ini, agar masyarakat tidak mengucilkan keluarga dari almarhum N, dan turut membantu tim kesehatan untuk mencegah penyebaran dari virus Corona, dengan cara mematuhi peraturan dari pemerintah untuk mengunakan masker, selalu menjaga kesehatan dan menjauhi kerumunan massa.
Sementara, Juru Bicara Gugus Tugas Covid 19 Muba, Seftiani Peratita, SS.M.Kes., juga menyampaikan permohonan maaf atas kejadian yang berdampak ke pihak keluarga almarhum N. Karena pemberitaan tentang status PDP almarhum.
Hasil swab dari laboratorium memang benar negatif SAR CoV -2 pihak dinas kesehatan menyampaikan hasil ke rumah sakit dan juga ke pihak keluarga.
Hal ini sudah sesuai dengan kode etik pemberitaan status pasien dalam pengawasan (PDP), hanya data kasus konfirmasi Covid 29 yang di realese karena terkait untuk data tracing kontak erat.
Untuk hasil swab negatif diserahkan dengan pihak RSUD yang merawat pasien. Begitu juga setelah dinyatakan sehat dan sembuh PDP tetap di pantau oleh puskesmas wilayah tempat tinggal dan didampingi oleh aparat desa setempat pada saat pulang ke rumah. Agar stigma negatif tidak diterima oleh keluarga PDP.
Senada halnya, keluarga almarhum N, dr Diyah juga meminta maaf bila dalam kondisi tersebut ada kekeliruan dalam bertindak.
Dirinya juga mengatakan bahwa pihaknya memahami kondisi yang saat ini segala serba harus hati-hati, untuk menghindari hal yang tidak diinginkan di tengah pandemi Covid-19 tersebut.
"Dari kejadian itu, dampaknya sangat luar biasa menyakitkan. Karena stigma-stigma masyarakat, menurut saya cukup membunuh kami sekeluarga, dan stigma-stigma negatif itu betul-betul menimbulkan ketakutan kami sekeluarga. Tapi kami mencoba untuk ikhlas, karena kami paham bahwa pengetahuan masyarakat tidak bisa kita samakan, jadi ada yang sudah paham, ada juga kebanyakan yang belum paham," ungkapnya.
Lanjutnya,"Kami berharap dengan adanya forum ini dan disebarkan melalui media sosial itu bisa merubah stigma masyarakat terutama atas hikmah yang sudah muncul terhadap keluarga kami alami saat ini. Sehingga masyarakat bisa mencerna lebih baik kejadian yang kami alami ini. Dan kami juga berharap bersama Tim Gugus Kesehatan penganan terhadap pasien positif itu penting, penanganan pasien PDP penting, dan Penanganan dampaknya juga penting. Mudah mudahan kejadian ini menjadi pembelajaran agar masyarakat bisa memila berita-berita tidak benar munculnya sehingga tidak berdampak kepada kami korban dari stigma ini," jelasnya.
Lebih jauh ia menyampaikan,"Kami dari keluarga besar almarhum mengucapkan terima kasih kepada pihak RSUD Sekayu sudah memfasilitasi dan telah merawat almarhum dengan semaksimal mungkin, dan kita juga ingin melalui sama-sama Covid-19 ini dengan baik. Terima kasih atas kesempatannya," terangnya.
Dalam kesempatan ini, dirinya berpesan agar pihak rumah sakit dan dinas kesehatan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait pemahaman tentang status pasien, dan Antisipasi pencegahan Covid-19, sehingga rasa stigma negatif atau dijauhi itu oleh masyarakat, tidak menimpa yang lain.(Alamsyah)